H. M. Soeharto atau juga dikenal sebagai Haji Muhammad Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 adalah Presiden Indonesia yang kedua, menggantikan Soekarno. Soeharto menikah dengan Siti Hartinah ("Tien") dan dikaruniai enam anak, yaitu Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek)
Karir militernya di mulai dari bergabungnya di KNIL (pasukan kolonial Belanda), setelah Belanda
menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, Soeharto bergabung di PETA
(Pembela Tanah Air). Pada tahun 1945, BKR (Badan Keamanan Rakyat)
dibentuk kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 diganti dengan TKR
(Tentara Keamanan Rakyat), Soeharto bergabung. Pada tanggal 1 Maret
1949,
Soeharto (walaupun masih kontroversi) ketika itu masih berpangkat
Letkol memimpin sebuah Serangan di Yogyakarta, serangan ini dikenal
dengan nama Serangan Umum 1 Maret. Pada tahun 1961 Soeharto mencapai
pangkat Brigadir Jenderal dan memimpin Komando Mandala yang bertugas
merebut Irian Barat. Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang
telah naik pangkat menjadi Mayor Jenderal, ditarik ke markas besar ABRI
oleh Jenderal A.H Nasution. Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat
sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad)
hingga tahun 1965.
Setelah
jatuhnya Soekarno dari kursi kepresidenan dan jatuh pula Orde Lama,
maka Soeharto pun mulai menampakkan diri dengan memasuki masa Orde Baru.
Soeharto Presiden RI periode 1968-1973,
1973-1978, 1978-1983, 1983-1988, 1988-1993, 1993-1998. Pada periode
1993-1998, gelombang aksi massa yang dikomandoi mahasiswa terus
berlangsung yang menuntut mundurnya presiden Soeharto. Dan akhirnya selang
dua bulan menjabat Presiden pada periode ketujuh kepemimpinan lima
tahunannya, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 lantaran didesak
mundur, bahkan oleh Ketua MPR Harmoko yang mantan Menteri Penerangan
dan dikenal sebagai pendukung setia Soeharto, berbagai kerusuhan massa
yang tak terkendali, dan kegagalan Soeharto dalam membentuk Komite
Reformasi karena tidak mendapatkan tanggapan dari tokoh-tokoh lain.
Desakan
yang terus berlangsung dari masyarakat dan mahasiswa, maka pada tanggal
21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB di Istana Merdeka seusai silaturahmi antara
jajaran pemerintahannya dengan pimpinan MPR/DPR dan fraksi-fraksi
MPR/DPR, Presiden Soeharto memberikan pidato terakhirnya : “Oleh
karena itu dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan setelah
dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan Pimpinan DPR dan Pimpinan
fraksi-fraksi, saya memutuskan berhenti dari jabatan saya sebagai
Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini,
hari Kamis 21 Mei 1998.”
Wapres
BJ Habibie di tempat yang sama mengucapkan sumpah jabatan sebagai
Presiden menggantikan Soeharto di hadapan Mahkamah Agung. Pelantikan tak
berlangsung di Gedung MPR/DPR karena “gedung rakyat” diduduki
mahasiswa.
Pasca Soeharto lengser keprabon, tuntutan hukum terhadap dirinya atas berbagai kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) meskipun gencar dilakukan tetapi tak kunjung membuahkan hasil.
Pasca Soeharto lengser keprabon, tuntutan hukum terhadap dirinya atas berbagai kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) meskipun gencar dilakukan tetapi tak kunjung membuahkan hasil.
Setelah
lengser ke prabon, kondisi kesehatan Soeharto juga tidak kunjung
sembuh, segala macam penyakit dan segala macam pengobatan telah
dilakukan. Sehingga akhirnya pada tanggal 27 Januari 2008 pukul 13.10
WIB, Soeharto meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina Pusat, yang
kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo, Jawa Tengah.
Hingga
saat ini, kasus-kasus Soeharto belum terselesaikan. Banyak kalangan
yang menganggap Soeharto sebagai pahlawan pembangunan yang banyak
menyumbangkan jasa-jasanya untuk negeri Indonesia, seperti pembangunan
jalan tol, memajukan swasembada pangan yang berhasil pada tahun 1984,
pembangunan industri dan pembangunan-pembangunan lainnya sampai-sampai
bangunan punya orang lain dipinggirkan terlebih dahulu, katanya demi
Pembangunan. Akan tetapi, banyak juga pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan Soeharto selama 32 tahun berkuasa seperti memerintahkan
kroni-kroninya untuk melakukan pembunuhan massal pada tahun 1965 sampai
sekarang, penangkapan, penyiksaan, penyingkiran lawan politik, melakukan
operasi DOM di Aceh, memerintahkan penangkapan orang-orang di Priok
sampai-sampai menguasai aset negara atas nama yayasan yang padahal sih
buat keluarga dan masih banyak lagi pelanggaran maupun penyimpangan yang
dilakukan Cang Harto ini. Oleh karena itu ada sebagian masyarakat
mengenang Soeharto sebagai penjahat bangsa.
Menurut Anda Bagaimana ????

0 komentar:
Posting Komentar